Pelaminan Minang

Archive for the ‘Minangkabau’ Category

Istri Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Datin Seri Rosmah binti Mansor, akan mengunjungi Sumatera Barat pada Senin, 25 Agustus 2014. Kunjungan resmi Rosmah Mansor ini akan berlangsung hingga Rabu, 27 Agustus 2014.

Konsulat Jenderal Malaysia untuk Sumatera di Medan, Ahmad Rozian Abdul Ghani, mengatakan Rosmah Mansor akan menghadiri upaca adat di Istano Basa Pagaruyung di Kabupaten Tanah Datar. Istri Najib Razak ini akan diberi gelar Darjah Kebesaran Kerabat yang Dipertuan Gadih Minang. “Ibu Rosmah merupakan keturunan Minangkabau. Kedua orang tuanya berasal dari Sarilamak, Kabupaten Limapuluh Kota,” ujarnya, Sabtu, 23 Agustus 2014.

Ibu Negara Malaysia ini juga akan menghadiri Islamic Fashion Festival yang berlangsung di Padang. Kegiatan tahunan ini akan dihadiri perancang busana dari beberapa negara, khususnya dari Indonesia dan Malaysia. Kata Ahmad, Rosmah juga akan melihat kerajinan-kerajinan asal Sumatera Barat di Craft Centre. “Ada beberapa pusat tenunan di Padang yang akan dikunjungi,” ujarnya,

Menurut Ahmad, Rosmah juga akan meresmikan jaringan perdagangan usaha wanita Indonesia-Malaysia. Kegiatan ini akan menghadirkan para pengusaha dari dua negara tetangga. Kemudian, Rosmah akan berkunjung ke Panti Tuna Grahita untuk memberi santunan dan bersilaturahmi.

Istri Gubernur Sumatera Barat Nelvi Irwan Prayitno mengatakan istri Perdana Menteri Malaysia ini akan pulang kampung ke Sumatera Barat. Sebab, ibu Rosmah berasal dari Minangkabau. “Ini untuk mempererat hubungan kedua negara ini. Nanti Ibu Rosmah juga akan melihat kerajinan tangan di Minangkabau Village Centre,” ujarnya.

Ikan di Danau Maninjau Kabupaten Agam, Sumatera Barat kembali mati massal. Jumlah ikan yang mati diperkirakan mencapai 400 ton.

Penyuluh Perikanan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Asrul Deni Putra mengatakan, sebanyak 400 ton ikan mas dan nila itu berada di dalam 537 keramba apung di Danau Maninjau, tepatnya di Jorong Tanjung Alai dan Jorong Muko-Muko Nagari Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Keramba ini dimiliki masyarakat setempat dan pengusaha. “Dimiliki 32 kepala keluarga dan tiga orang pengusaha,” ujarnya, Senin 11 Agustus 2014.

Asril mengatakan, ikan tersebut diketahui mati pada Ahad 10 Agustus 2014. Diduga karena fenomena upwelling (arus balik). “Sehingga ikan kekurangan oksigen,” ujarnya. Kata Deni, Sabtu sore terjadi perubahan suhu secara drastis di danau, karena terjadi hujan di kawasan tersebut. Sehingga malamnya, terjadi pergerasan arus bawah di dasar danau. “Dini hari air tenang. Tak ada arus. Amonial di bawah naik karena panas dingin. Sehingga ikan kekurangan oksigen,” ujarnya.

Menurut Deni, seharusnya jika cuaca tiga bagus, ikan jangan diberi makan. Sebab, ikan membutuhkan oksigen yang banyak. Akibat kejadian itu, pemilik keramba diperkirakan mengalami kerugian mencapai Rp 5 miliar. “Ukuran ikan yang mati tersebut bermacam-macam. Ada yang setengah kilogram,” ujarnya

Saat ini, kata Deni, ada pemlik keramba yang telah menjual ikan yang mati itu, dengan harga Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per kilogram. “Ada juga sebagian pemilik yang masih membiarkan ikannya di keramba. Mungkin mereka masih pusing, karena mengalami kerugian yang besar,” ujarnya.

Deni mengaku untuk mengantisipasi fenomena alam tersebut, para paternak telah diberikan penyuluhan. Di antaranya, menarik keramba ke tengah danau, mengurangi isi ikan per petak keramba, jangan terlalu banyak mengasih makan ikan dan melihat kondisi cuaca. “Dianjurkan satu petak itu hanya diisi 5000 ekor ikan. Tapi banyak peternak yang mengisi 10 ribu ekor ikan. Sehingga keramba tersebut padat,” ujarnya.

Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman, Sumatera Barat belum menetapkan standar operasional prosedur penanganan dan penangkalan penyebaran virus Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) atau flu Arab. “Sebab, bandara kita tak ada akses langsung dengan negara di Timur Tengah,” kata General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Minangkabau Rian Hadihito, Sabtu, 10 Mei 2014. Menurut Rian, Bandara Minangkabau hanya melayani rute dosmetik. Sedangkan untuk penerbangan luar negeri melalui Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, kata Rian, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan.

Di Sumatera Barat saat ini ada tiga pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat M. Djamil, Padang, karena diduga terjangkit flu Arab. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUP M. Djamil, Gustafianof, mengatakan pihaknya telah menyiapkan ruangan khusus bagi pasien yang diduga terinfeksi MERS-CoV. Ada dua ruangan dengan delapan tempat tidur yang disiapkan. “Saat ini tiga tempat tidur yang telah terisi,” ujarnya.

Pihak rumah sakit telah melakukan tindakan medis pada pasien tersebut, seperti pemeriksaan kimia klinik, hematologi klinik, menganalisis tes darah, roentgen toraks, dan pengiriman sampel ke laboratorium di Jakarta. “Kami masih menunggu hasil uji di laboratorium di Jakarta untuk memastikan positif atau tidaknya pasien ini terjangkit MERS-CoV.”

Setiap kali pameran pernikahan berlangsung, stand katering selalu penuh pengunjung. Tak terkecuali di kegiatan Gebyar Pernikahan Indonesia. Katering dan food tasting menjadi prioritas utama bagi calon pengantin dan keluarganya yang sedang menyiapkan pesta pernikahannya. Lantas apa sebenarnya yang dicari atau perlu dipertimbangkan dalam memilih katering? Ini beberapa calon pengantin berbagi kiatnya.

Rasa tentu saja menjadi pertimbangan utama dalam memilih katering untuk pesta pernikahan. Namun rasa yang lezat sesuai selera ternyata tidak cukup. Ada pertimbangan lain yang bisa saja mengalahkan rasa. Dekorasi menjadi perhatian pasangan dalam memilih katering untuk pesta pernikahannya. Bagaimana ragam menu ditampilkan dan disajikan dengan dekorasi menarik menjadi penting. Tentunya dekorasi katering akan menyesuaikan konsep resepsi pernikahan tersebut.

“Nomor satu rasa, berikutnya cara penyajian termasuk dekorasinya,” aku Rizka intania, 26, saat ditemui di di Kartika Expo Balai Kartini, Jakarta, Jumat (18/4/2014).. Rizka “menjelajah” katering bersama calon suaminya, Galuh Dhira, 26, di pameran pernikahan garapan Parakrama 0rganizer dan Manten House, untuk menyiapkan pernikahannya pada April 2015. Selain rasa dan dekorasi, bagi pasangan ini pelayanan katering terutama saat resepsi berlangsung juga penting diperhatikan. “Bagaimana katering itu melayani tamu dan krunya bekerja sepanjang acara juga jadi pertimbangan,” kata Galuh

Bagi pasangan ini, katering yang bersih baik makanan juga penyajiannya menjadi penilaian tersendiri. Katering yang terlihat rapi dan bersih merupakan hal penting yang turut menyukseskan sebuah resepsi pernikahan dan memberikan kepuasan tersendiri bagi pengantin dan pasangan.

Pilihan katering berdasarkan rasa dan dekorasi juga menjadi perhatian perempuan yang berencana menikah September 2014, Early Azaria, 28. Early yang datang ke pameran bersama keluarga mengakui rasa menjadi pertimbangan utama selain brand. Menurutnya brand membantunya menentukan katering dari sekian banyak pilihan.

“Dengan melihat brand, track record-nya, akan lebih mudah memilih. Namun rasa tetap jadi pertimbangan utama selain dekorasinya,” katanya. Selain itu, Early mengatakan, memilih katering untuk resepsi pernikahan juga perlu mempertimbangkan pilihan menu dan apa yang menjadi menu andalannya.

Lapangan Ombilin Sawahlunto sore itu, Kamis 29 November 2012 seperti ajang kontes anjing. Anjing-anjing yang bersih dan tampak terawat dari berbagai jenis itu dibawa pemiliknya masuk ke lapangan dengan tali pengikat yang cukup panjnag. Bahkan satu orang bisa membawa sekaligus lima anjingnya.

Sementara itu di luar lapangan, anjing-anjing diturunkan dari truk terbuka oleh pemiliknya. Ada juga anjing yang dibawa dengan mobil pribadi dan bahkan ada yang digonceng dengan sepeda motor. Mereka bergegas masuk lapangan untuk mendaftarkan anjingnya dalam lomba Pacu Anjing yang digelar Persatuan Olah Raga Buru Babi atau PORBI Sumatera Barat. Ini lomba ketangkasan anjing.

Sebenarnya acara ini adalah kreatifitas penggemar buru babi. Ini adalah tiruan acara buru babi yang digemari laki-laki di Sumatera Barat seperti di Sawahlunto, Pariaman, Tanah Datar, Payakumbuh, Sijunjung dan Solok. Biasanya buru babi ini dilakukan setiap hari minggu ke hutan-hutan di pinggir ladang. Para pemburu akan membawa anjing-anjingnya yang akan dilepas mengejar dan memburu babi di dalam hutan.

“Buru babi ini sudah tradisi dari dulu, selain untuk olah raga, juga membantu petani membasmi hama seperti babi,” kata Silmastri, Ketua Pelaksana Pacu Anjing di Sawahlunto.

Silmastri mengatakan selalu berburu babi dengan enam ekor anjingnya setiap minggu bersama teman-temannya. Tidak hanya di hutan Sawahlunto, bahkan sampai ke Kuantan dan Kampardi Riau.

“Kalau acara ini adalah versi kecilnya buru babi, ini untuk menghibur masyarakat, kita akan melihat adu ketangkasan anjing mengejar babi, anjing yang paling cepat sampai ke garis finis, itu yang menang,” kata Silmastri.

Adu ketangkasan anjing ini dengan areal sepanjang 100 meter. Di garis start ada lima tempat yang dibatas dengan kain untuk tempat masing-masing anjing di garis start. Di sepanjnag sisi arena pacu, diberi pembatas dari kasa plastik hitam agar anjing tak keluar dari arena.

Di ujung garis finish ada seekor babi dalam kerangkeng. Sementara itu untuk memancing anjing agar berlari, seekor babi keci digendong seorang joki remaja di tengah lapangan.

Anjing-anjing yang akan berpacu dan telah didaftarkan pemiliknya dipanggil satu persatu. Nama-nama anjingnya juga unik, ada bule untuk anjing putih yang berhidung pink dan bermata coklat. Ada cepot, ada anjing yang namanya karok dan sirah.Anjing yang akan bertanding mengenakan nomor punggung dari kain yang berwarna hijau yang diikatkan di badannya.

Start dimulai saat panitia meniupkan peluit. Sebelumnya, joki yang membawa babi kecil berada di tengah lapangan. Mendengar suara anak babi yang keras karena ketakutan, anjing-anjing yang akan berpacu makin tidak sabar ingin dilepas pemikiknya. Bahkan anjing yang ikut menonton di pinggir lapangan juga menggong bersahutan ingin mengejar babi.

Begitu peluat dibunyikan, anjing yang berpacu dilepas ke lapangan, sementara joki berlari sambi menggendong anak babi dan memanjat di kotak kayu diujung lapangan menyelamatkan diri bersama anak babi. Sementara anjing-anjing yang sampai ke garis finis akhirnya berlari ke arah babi yang ada dalam kotak kurungan. Babi itu yang kemudian digonggong anjing-anjing.

Penonton yang umumnya pecandu buru babi juga berteriak menyemangati anjingnya. Karena dalam lomba ini, selain ada hadiah uang, juga membuat gengsi pemiliknya ikut naik. “Anjing mana yang juara, akan jadi pembicaraan, dan itu kebanggaan pemiliknya, bahkan ada yang mau membeli anjing juara itu sampai puluhan juta,” kata Silmastri.

Acara buru anjing ini sudah keempat kalinya diadakan setiap ulang tahun Sawahlunto. Pemerintah kota Sawahlunto menyediakan hadiah Rp10 juta untuk acara Pacu Anjiing yang diikuti 400 anjing pemburu dari berbagai daerah di Sumatera Barat.

Bagi pecinta kain-kain tradisional buatan tangan seperti kain tenun dan kain dengan hiasan bordir, jangan lupa ke Bukittinggi. Ada berbagai songket yang ditenun dari helai demi helai benang yang layak dikoleksi. Begitu juga kain-kain dengan hiasan bordir cantik yang siap dijadikan gaun atau kebaya.

Di Bukittinggi tempat untuk mencari kain songket atau bordir ini biasanya di Pasar Atas di depan Jam Gadang. Namun, bagi sebagian orang tempat ini terlalu melelahkan untuk berdebat menawar harga dengan pedagang. Apalagi harga yang dipatok juga kadang-kadang terlalu tinggi yang membuat pembeli keder duluan.

Lebih baik membeli kain tenun atau kain bordir di tempat pembuatannya. Meski agak jauh dari Bukittinggi, dengan menggunakan mobil sewaan, di tempat pembuatannya ini belanja menjadi lebih memuaskan. Di samping banyak pilihan, juga dapat langsung melihat proses pembuatannya.

Untuk harga, juga biasanya tidak perlu tawar-menawar lagi. Harga akan sesuai dengan kualitas barang. Berikut beberapa tempat pilihan berburu kain.

Rumah Tenun Pusako di Pandaisikek

Di sini tempat membeli songket atau kain tenun Pandaisikek. Nagari Pandaisikek berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Bukittinggi bila perjalanan dari Padang. Letak kampung tenun ini di kaki Gunung Singgalang. Selain membeli, Anda juga bisa melihat langsung proses pembuatan tenunan yang masih menggunakan alat tenun tradisional dan usaha ini dilakukan di rumah-rumah.

Di sini puluhan rumah tenunan songket menjual songket buatan tangan itu. Satu di antaranya adalah Rumah Tenun Pusako yang berbentuk rumah gadang milik Hajah Sanuar. Ibu Sanuar adalah orang yang menghidupkan kembali tenun di Pandaisikek setelah terhenti lama karena perang dengan Jepang dan zaman pergolakan.

Tenunan Pandai Sikek sangat indah dengan beragam motif dan warna. Warna songket tak jarang mengikuti trend mode seperti merah menyala, biru, krem, dan kecokelatan. Harga songket mulai Rp1,5 juta sampai Rp10 juta per set, terdiri dari kain songket dan selendang.

Harga lebih ditentukan kerumitan pengerjaan motif yang banyak menggali motif lama serta tergantung pada kain.

Menurut Adyan Anwar, pemilik usaha songket Rumah Tenun Pusako, songket paling mahal terbuat dari sutra asli dengan motif kuno Minangkabau, pengerjaannya lebih rumit karena di atas kain sutra, tapi lebih ringan dikenakan.

Bagi pecinta kain-kain tradisional buatan tangan seperti kain tenun dan kain dengan hiasan bordir, jangan lupa ke Bukittinggi. Ada berbagai songket yang ditenun dari helai demi helai benang yang layak dikoleksi. Begitu juga kain-kain dengan hiasan bordir cantik yang siap dijadikan gaun atau kebaya.

Di Bukittinggi tempat untuk mencari kain songket atau bordir ini biasanya di Pasar Atas di depan Jam Gadang. Namun, bagi sebagian orang tempat ini terlalu melelahkan untuk berdebat menawar harga dengan pedagang. Apalagi harga yang dipatok juga kadang-kadang terlalu tinggi yang membuat pembeli keder duluan.

Lebih baik membeli kain tenun atau kain bordir di tempat pembuatannya. Meski agak jauh dari Bukittinggi, dengan menggunakan mobil sewaan, di tempat pembuatannya ini belanja menjadi lebih memuaskan. Di samping banyak pilihan, juga dapat langsung melihat proses pembuatannya.

Untuk harga, juga biasanya tidak perlu tawar-menawar lagi. Harga akan sesuai dengan kualitas barang. Berikut beberapa tempat pilihan berburu kain.

Sulaman dan Bordir HJ Rosma

Rumah Sulaman dan Bordir Haji Rosma letaknya di jalan Bukittinggi ke arah Payakumbuh. Sekitar 10 km dari Kota Bukittinggi. Haji Rosma juga terkenal sebagai perintis sulaman dan bordir dari daerahnya. Kain bordir yang dihasilkannya indah bagai lukisan. Dan gambar-gambar untuk pola bordir itu ia ciptakan sendiri. Kebanyakan motif flora.

Di sinilah tempat membeli kain berhias bordir dan sulaman yang berkualitas. Keunggulan sulaman dan bordir Rosma adalah keindahan dan kehalusan hasil sulaman dan bordir perpaduan warna bagaikan lukisan yang dibuat dengan benang.

Hj.Rosma boleh disebut seniman bordir, karena selain membuat bordir ia juga merancang semua motifnya, apalagi motif yang diciptakannya selalu berganti. Produk sulaman dan bordir H.Rosma ini memang telah lama dikenal dan selalu menjadi tujuan belanja turis-turis. Selain keindahannya karena dibuat tangan di tempat ini juga bisa melihat proses pembuatannya yang dikerjakan puluhan gadis-gadis setempat yang menjadi anak jahit yang bekerja di rumah Rosma.

Yang paling banyak diproduksi Rosma adalah bordir dan sulaman untuk kain kebaya, gaun, mukena, jilbab, hingga taplak meja dan seprai. Produk yang dijual mulai dari kebaya, selendang, seprai pengantin, alas meja, hingga mukena, tatakan gelas, dan gambar dinding.

Harga kain kebaya berhiaskan border sepotong kebaya harganya Rp 130 ribu sampai Rp 1,6 juta. Bahan dasar kebaya dari organdi dan sutra tentu berbeda harganya. Begitu pula dengan taplak meja yang harganya cukup beragam, dari Rp 100 ribu sampai jutaan rupiah. Harga baju kurung biasa dipatok dari Rp 500 ribu sampai Rp 3 juta per potong.

Bagi pecinta kain-kain tradisional buatan tangan seperti kain tenun dan kain dengan hiasan bordir, jangan lupa ke Bukittinggi. Ada berbagai songket yang ditenun dari helai demi helai benang yang layak dikoleksi. Begitu juga kain-kain dengan hiasan bordir cantik yang siap dijadikan gaun atau kebaya.

Di Bukittinggi tempat untuk mencari kain songket atau bordir ini biasanya di Pasar Atas di depan Jam Gadang. Namun, bagi sebagian orang tempat ini terlalu melelahkan untuk berdebat menawar harga dengan pedagang. Apalagi harga yang dipatok juga kadang-kadang terlalu tinggi yang membuat pembeli keder duluan.

Lebih baik membeli kain tenun atau kain bordir di tempat pembuatannya. Meski agak jauh dari Bukittinggi, dengan menggunakan mobil sewaan, di tempat pembuatannya ini belanja menjadi lebih memuaskan. Di samping banyak pilihan, juga dapat langsung melihat proses pembuatannya.

Untuk harga, juga biasanya tidak perlu tawar-menawar lagi. Harga akan sesuai dengan kualitas barang. Berikut beberapa tempat pilihan berburu kain.

Studio Songket Erika Riyanti

Tempatnya di Ampek Angkek, sekitar 4 km dari Bukittinggi. Studio Erika Riyanti berdiri sejak 2005 dan tidak terlepas dari Bernhard Bart, arsitek asal Swiss yang kini menetap tinggal di ranah Minang bersama istrinya Erika Dublerl.

Keduanya tinggal di Studio Erika Riyanti, ikut mengelola studio songket. Bernhard Bart berhasil menciptakan sistem baru dalam menenun songket yang hasilnya bisa memudahkan membuat songket tenun dengan motif kuno yang indah dan rumit.

Studio Songket Erika ini berhasil menghadirkan kembali motif-motif lama songket Minangkabau yang tidak pernah dibuat lagi karena pengerjaannya yang sangat rumit.

Selain membuat kain replika dari songket kuno, Studio Songket ErikaRianti juga berhasil memindahkan motif dari ukir Rumah Gadang ke songket, di antaranya motif Salimpat jo Pucuak Rabuang, Saik Ajik Babungo, Swastika, dan Siriah Gadang.

Menurut Direktur Studio Songket Erika Riyanti, Nanda Wirawan, Studio Songket Erika sudah menghasilkan 185 lembar songket, 125 di antaranya adalah replika dari songket-songket kuno, dan 60 lembar kain songket lainnya merupakan hasil eksplorasi motif yang diambil dari motif ukiran rumah gadang bahkan dari pahatan pada arca Bhairawa.

Harga selembar kain songket ini berkisar Rp10-16 juta. Songket yang paling mahal adalah motif Kapalo Harimau yang dijual Rp20 juta-an. Mahal karena rumitnya pengerjaannya. Songket di Studio Erika Riyanti ini biasanya dibeli kolektor kain.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Barat (Sumbar) menyatakan alam Sumatera Barat tak mendukung untuk tanaman massal komoditas kedelai, karena produksi lahan hanya berkisar 1,5–2 ton per hektare.

“Komoditas kedelai tidak dapat dijadikan gerakan di Sumbar, karena sulit mendatangkan keuntungan kepada petani akibat produksi rendah,” kata Kepala Disperta Sumbar, Djoni di Padang, Selasa.

Menurut dia, pengembangan komoditas kedelai tidak bisa pada sembarangan wilayah, meski saat ini kebutuhan dalam negeri kekurangan dan tergantung impor.

Tanaman itu, khasnya dengan topografi wilayah mataharinya kelihatan sepanjang hari, artinya tak cocok di daerah dengan iklim yang curah hujan tinggi.

Kendati dipaksakan, tambahnya, jelas hasil yang diraih petani tak akan seimbang dengan biaya produksi, ditambah dengan pengendalian hamanya dan produksi yang tak stabil.

Sebab, pada beberapa tahun lalu di Sumbar sudah pernah dikembangkan sebagian petani di sejumlah kabupaten dan kota yang kondisi iklim cocok, tapi hasilnya jauh dari harapan hasilnya.

Justru itu, komoditas ini kurang diminati masyarakat Sumbar dalam pengembangannya, meskipun Dinas Pertanian Tanaman Pangan mengalokasi bantuan benih.

Ia mengatakan, kecenderungan petani di Sumbar pengembangan komoditas yang sipatnya lebih cepat mendatangkan uang, misalnya kol dan tanaman holtikultura lainnya.

Makanya, pihaknya mendorong masyarakat untuk mengembangan tanaman pangan yang diminati dan sesuai dengan kondisi alam daerah sendiri.

“Pengembangan komiditas pangan tak bisa ikut-ikutan saja, karena dampaknya terhadap pendapatan petani. Mereka didorong mengembangkan satu jenis komoditas, sementara hasilnya tak sesuai harapan,” ujarnya.

Menurut dia, di Sumbar untuk komoditas jagung bisa dijadikan gerakan, karena alam mendukung di beberapa kabupaten dan hasil diperoleh petani bisa capai empat-lima ton/hektare.

Kini sentera jagung di Sumbar, yakni Pasaman Barat, Pasaman, Tanah Datar, Agam, Limapuluh Kota dan Pesisir Selatan dengan produksi pada 2011 tercatat 447.368 ton pipilan kering (PK) atau naik dari tahun sebelumnya 354.262 ton.

Luas panen jagung Sumbar pada tahun lalu itu, tercatat 69.239 hektare dan produktivitas 64,61 Kuwintal per hektare. Bahkan, tahun ini produksi jagung Sumbar ditargetkan sebanyak 637.742 ton dengan luas panen 95.757 ha, produktivitas 66,60 kuintal/ha dan pada 2015 diproyeksikan produksi mencapai satu juta ton.

Sebelumnya, Djoni menyampaikan, Disperta telah mengalokasikan anggaran senilai Rp8,15 miliar pada 2012 untuk program peningkatan produksi jagung di provinsi itu.

“Kami menargetkan peningkatan produksi jagung tahun ini sebanyak 637.742 ton, sehingga dibutuhkan berbagai aspek pendukung dengan sumber dana dari APBD dan APBN tersebut,” katanya.

Menurut dia, anggaran yang bersumber dari APBD provinsi dialokasikan untuk perbanyak pembinaan kawasan jagung seluas 840 hektare pada tujuh kabupaten.

Kemudian, fasilitas pengengembangan untuk seluas 1.815 hektare dan pemberian bantuan benih jagung untuk 840 hektare.

Sedangkan anggaran yang bersumber dari APBN, guna memberi bantuan benih jagung hibrida Sekolah Lapangan Pengolahan Tanaman Terpadu (SLPTT) seluas 7.425 ha dan benih jagung hibrida non SLPTT untuk seluas 11.000 ha.

Menyambut bulan Ramadan, beberapa kampung tradisional di Ranah Minang masih melakukan tradisi malamang atau membuat lemang. Malamang selalu dilakukan dalam menyambut hari besar Islam di Sumatera Barat yang dikenal sebagai hari baik bulan baik. Seperti menyambut Ramadan, Maulid Nabi, Idul Fitri, dan Idul Adha. Panganan yang dimasak dalam bambu dan dibakar ini menjadi hidangan saat acara berdoa di masjid dan di surau.

“Kalau di Lubuk Kilangan, tiap bulan puasa ini para menantu akan datang membawa makanan untuk mertuanya dan salah satu makanan wajibnya itu lemang,” kata Zubaidar, warga Lubuk Kilangan, Padang. Lemang bukan makanan adat karena lemang tidak pernah disuguhkan saat acara perkawinan atau melantik penghulu dan datuk.

Selain untuk acara keagamaan, lemang juga menjadi makanan dalam peringatan kematian di satu keluarga. Di Padangpariaman, wajib bagi sebuah keluarga memasak lemang atau malamang saat acara mendoa setelah kematian. Lemang ini akan dijadikan bingkisan sebagai ucapan terima kasih untuk pelayat yang telah ber zikir dan berdoa.

Membuat lemang penuh dengan kerja keras sepanjang hari. Mulai dari menyiapkan bambu untuk wadah, kayu perapian, menyiapkan bahan lemang dan membakar lemang hingga sore hari. Karena semakin lama lemang dijerangkan di api, semakin tahan dan tidak mudah basi. Walaupun sulit membuatnya, tradisi membuat lemang ini masih bertahan.

Lemang juga beragam jenisnya. Di antaranya lemang beras ketan. Lemang ini paling banyak dibuat. Biasanya dimakan dengan tape ketan hitam yang dikenal sebagai lamang tapai. Lemang ini terbuat dari beras ketan putih atau beras ketan merah dan ketan hitam sebagai bahan utama.

Membuatnya beras ketan dicuci dan direndam semalam lalu dimasukkan ke buluh bambu yang telah dialasi daun pisang. Beras ketan ini lalu diguyuri dengan santan kental yang telah dibubuhi garam. Buluh lemang disandarkan di tungku lalu dibakar dan tetap dipanaskan dengan bara selama sekitar empat jam. Setelah lemang masak, bambu dibelah dan lemang dikeluarkan dan dipotong-potong untuk dihidangkan. Rasanya gurih. Selain dimakan dengan tapai ketan hitam, lemang ini juga lazim disantap dengan durian dan sarikaya.

Selain itu, juga ada lemang pisang. Lemang pisang terbuat dari pisang masak yang dihancurkan lalu dicampur dengan beras ketan dan santan kental, diberi garam dan dimasukkan ke dalam bambu yang telah dialasi daun lalu dibakar. Rasa lemang ini manis karena campuran pisang.

Jenis lainnya ada lemang baluo. Lemang ini terdiri dari beras ketan putih yang di tengahnya diberi inti yang dinamakan luo sehingga namanya lamang baluo. Luo ini dari gula aren dan kelapa parut yang sudah dimasak. Cara membuatnya, beras ketan putih ditanak. Kemudian ketan yang sudah dimasak dibentuk bulat panjang seperti buluh bambu dan ditengahnya diberi inti dari gula aren dan kelapa. Lalu dibalut daun dan dimasukkan ke dalam buluh dan dibakar sebentar seperti lemang lainnya.

Lemang tradisional lainnya yang juga keluar saat lomba ini adalah lemang ubi jalar, lemang labu dan lemang ubi kayu. Lemang ubi jalar bahannya dari ubi jalar kuning, putih atau ubi jalar merah yang sudah direbus dan dihancurkan. Dicampur dengan tepung beras cairan gula aren dan gula merah dan santan. Lalu adonan ini dimasukkan ke dalam bambu yang sudah dilapisi daun dan dibakar selama dua jam.

Sedangkan lemang labu terbuat dari labu kuning yang direbus dan dihancurkan, lalu dicampurkan dengan tepung beras dan cairan gula merah serta santan. Adonan ini dibakar dalam bambu.

Lemang ubi kayu terbuat dari singkong yang diparut. Singkong dicampur dengan kelapa parut, tepung kanji dan cairan gula merah. Lalu dimasukkan dalam bambu yang sudah dilapisi daun lalu dibakar hingga matang. Ada juga variasi lemang baru seperti lemang durian dan lemang jagung.

Masakan Minang legendaris yang satu ini memang sangat layak untuk Anda coba, rendangnya enak lho. Pelayanan di Natrabu yang ada di Jalan H Agus Salim (Sabang), Jakarta Pusat ini sangat ramah. Bangunannya diberi interior khas Minang yang sangat menarik perhatian, seperti pelaminan, dan warna-warnanya pun sangat cerah dan elegan.

Begitu kami duduk, pelayannya langsung menyuguhi aneka masakan seperti khasnya resto-resto padang pada umumnya. Ada ayam pop, ayam goreng, ayam gulai, ayam cabe ijo, ikan balado, sayur singkong, sambal ijo, rendang, dan masih banyak lagi.

Saya sih tergiur dengan ayam pop dan rendangnya. Ayam pop-nya lembut dan gurih banget, enak nih ayamnya. Saya sampai nambah lagi ayam pop-nya he-he… Nah kalau ayam gorengnya sih ya lumayan saja, memang sayang tidak disajikan dalam keadaan panas. Mungkin kalau dalam keadaan panas akan terasa lebih enak.

O iya daun singkong yang berkuahnya juga enak lho, berkuah santan dan agak asin rasanya. Jangan lupa juga sambal ijonya yang mantap itu. Pedasnya lumayan nendang.

Kemudian menu Natrabu yang harus Anda coba lagi adalah rendang daging, dagingnya cukup lembut dan rasa spicy-nya itu lho yang membuat saya terkesan. Ada rasa pedas yang sangat pas. Manisnya pun terasa pas, tidak berlebihan. Harus Anda coba rendangnya

erapan musik tradisional Indonesia asal Minangkabau terdengar di panggung utama Rainforest World Music Festival 2012, yang disuguhkan oleh gabungan musisi muda, Rhytm of Borneo.

Bunyi-bunyian khas Minang tersebut keluar dari seperangkat alat musik pukul Talempong. Tapi orang Malaysia mengenalnya sebagai Caklempong. “Yah, memang hampir mirip dengan musik Minang,” kata Ainal Bustari bin Johari, salah satu pentolan Rhytm of Borneo, yang ditemui Tempo, Jumat.

Lagu-lagu yang dibawakan pun mendapatkan apresiasi dari penonton. Tak sedikit dari mereka ikut bergoyang mengikuti tabuhan Cak Lempong. Lagu pembuka Sirih Pinang dimodifikasi sedemikian rupa dan menjadi lagu baru yang diberi tajuk Nang Sipinang.

Ritme rentak Minang sangat dominan dalam semua lagu Rhytm of Borneo. Kesamaan ini dapat dilihat dari asal usul pertumbuhan musik yang berakar dari musik melayu. Keberadaan musik melayu pun dipengaruhi oleh musik Qasidah, yang sampai di Indonesia melalui penyebaran agama Islam.

Ainal mengatakan, musik sebagai bahasa universal. Setiap peradaban mungkin saja menyumbangkan satu ritme tertentu, yang kemudian diteruskan oleh generasi berikutnya. Penikmat musik yang pernah mendengarkan irama tertentu, bisa terinspirasi untuk mengembangkannya menjadi irama baru.

“Di Malaysia sendiri, sebutan untuk alat musik ini berbeda-beda. Ada yang menyebutnya Taklempung atau Telempung,” katanya. Caklempung dilihat dari bahan pembentuk dan cara memainkannya memang sangat identik dengan Talempong dari Minangkabau. Beberapa musisi Negara tetangga tersebut pun mengakui, alat musik ini dibawa oleh perantau asal Sumatera Barat ke Malaysia, tepatnya daerah negeri Sembilan.